--------------------------------------------------------
SURAT KABAR CETAK ->
ONLINE -> HYBRID
Oleh : Bob J Onggo
* |
Bila Anda pembaca setia majalah Warta
Ekonomi atau harian nasional lainnya, dan sedang
bepergian ke luar kota atau ke mancanegara dan sulit
mendapatkannya, maka tidak perlu kecewa mengingat Anda
pun tetap bisa menikmati edisi online-nya apalagi jika
media cetak tersebut memiliki edisi elektroniknya. Namun,
apakah ini merupakan pertanda bahwa berita harian atau
majalah bulanan edisi cetak bakal punah?
Bayangkan suatu Negara yang sudah
memiliki infra struktur akses internet yang murah dan
mudah diperoleh di mana saja dan kapan saja! Apalagi
industri berita (news) menjadi semakin mudah
diperoleh dan sangat murah bahkan tidak perlu bayar
biaya langganan. Dan media tersebut semata-mata hidup
dari sponsor atau iklan. Akan tetapi dilihat dari sudut
teknologi tinggi dan nirkertas, para pelaku industri
harian surat kabar cetak ada yang was-was ada juga yang
tetap optimis akan masa depan bisnis mereka.
Mengapa ada yang was-was? Hal itu tidak
mengherankan, karena cukup banyak dari para pembaca yang
melek internet dan memiliki akses internet, mereka lebih
memilih tidak berlangganan satu pun berita cetak, bila
mereka ingin mengetahui berita hari ini, mereka tinggal
menyalakan TV atau TV internet atau konek ke beberapa
portal news favorit mereka. Ditambah lagi fakta
mengejutkan menyusul Apa yang terjadi pada majalah
InfoWorld – majalah tua berusia 30 tahun - yang beralih
dari media cetak menjadi media online, kemudian menyusul
San Francisco Chronicle yang sedang bermasalah, menyusul
perdebatan panas di dunia blog, blogosfir. Konsensus
umum menyatakan : print is dead.
Menyusul di awal tahun ini, Phil
Bronstein Pemred dari SF Chronicle menggelar rapat
“darurat” soal PHK dan peringatan pentingnya menekan
penghematan biaya.
Ditambah lagi InfoWorld juga telah
mengkonfirmasi adannya rumor bahwa majalahnya akan
muncul dalam edisi digital sejak bulan April 2007 dan
tidak lagi akan menggunakan format cetak serta
pengiriman majalah lewat pos.
Juga mengganti format digital dari suatu
majalah cetak akan menghemat biaya operasional hingga
70-80 persen. Nah gara-gara berita dan rumor seperti itu,
maka serta merta para blogger langsung menayangkannya
menjadi suatu berita “hot”, dan menganggapnya media
cetak bakal punah, beberapa cuplikan rumor di media blog
sebagai berikut:
"Gak bisa dibayangkan kalau 20 tahun lagi
semua orang tinggal mencetak berita (news) langsung dari
internet . . . .," demikian kata pemilik TechCrunch (crunchnotes.com),
Michael Arrington.”
"Sudah jelas bahwa bisnis news yang kita
ketahui sedang bermasalah," kata Tim O'Reilly (radar.oreilly.com).
"The New York Times, The Wall Street
Journal dan harian kondang lainnya seperti (USA Today?)
cepat atau lambat go digital . . .," demikian kata Stowe
Boyd (stoweboyd.com). Dengan adanya koneksi internet
yang murah dan mudah diperoleh di mana-mana, "kebanyakan
surat kabar setempat (di Amerika Serikat) mendekati
situasi sekarat."
PUNAH – APAKAH TERLALU BERLEBIHAN?
Apakah semua blogger setuju dengan rumor,
bakal punahnya media cetak dan beralih ke media digital?
Rupanya segala rumor tersebut bertentangan dengan
statistik yang ada di dunia industri berita. Salah satu
blogger terkemuka menganggap rumor seperti itu sekadar
suatu perspektif belaka. Bahkan di antara para blogger
pun saling bertentangan pendapat dan saling menyerang
sehubungan topik di atas. “Pernyataan satu pakar bukan
berarti mewakili opini publik secara keseluruhan,” tulis
Mark Evans (markevanstech.com), begitu pula apa yang
telah terjadi pada satu media belum tentu mewakili media
yang lain secara keseluruhan.
“Media cetak bakal punah, sebenarnya itu
terlalu berlebihan . . .,” tandas David Greer, Direktur
dari Kentucky Press Association. Mengapa? Karena fakta
bahwa sirkulasi cetak tetap diminati oleh public.
“Konten tetap paling penting. Jika Anda memiliki konten
yang paling berkualitas, maka media apa pun yang
digunakan untuk mendistribusikannya tidak akan terlalu
penting,” demikian lanjut Greer.
Penilaian di atas sepertinya cocok dengan
hasil laporan dan riset yang lain. Pew Internet and
American Life Project melansir suatu studi riset di
bulan Februari 2007 yang menyingkapkan bahwa dari mereka
yang disurvei, kebanyakan dari mereka tetap menyukai
media cetak karena sejumlah alasan psikologis dan
kenyamanan membaca namun bukan alasan teknis.
Juga menurut wan-press.org (World
Association of Newspapers), sirkulasi suratkabar
global meningkat sekitar 10% dalam 5 tahun terakhir,
tepat pada saat meledaknya DotCom. Di seluas dunia, ada
lebih dari 1.4 miliar surat kabar berlangganan, dengan
450 juta oplah yang dibeli oleh pembacanya setiap hari.
"Jelas bertentangan dengan rumor bahwa
media cetak bakal punah," kata CEO WAN, Timothy Balding.
Yang jelas menurut Pew Survey atas survey dari pilihan
public terhadap pengalaman membaca mereka, banyak public
tetap menyukai harian tercetak. Lihat juga penjualan
surat kabar cetak seluas dunia meningkat hingga 33
sampai 34 persen.
Juga yang kita tidak sadari, kalau
terjadi gempa di daerah kita dan bencana internet, maka
surat kabar cetak tetapi menjadi pilihan, dan di
komunitas kecil, masyarakat sangat setia terhadap harian
tercetak, dan terhadap mereka kita masih akan melihat
situasinya lagi hingga 30 atau 40 tahun lagi.
SURAT KABAR HYBRID – SIAPKAH?
Adanya perjuangan hidup-mati dari
beberapa media cetak seperti disebutkan di atas yang
terjadi pada infoWorld dan San Fransisco Chronicle
sehingga meletupkan gossip di blogosfir akan lonceng
mati dari harian media cetak ini merupakan suatu
pernyataan yang terburu-buru dan tidak realistis.
Jelaslah mati dan hidupnya suatu komoditi sudah lumrah
baik sejak zaman dulu maupun sekarang. Sama seperti
kasus timbulnya email tidak mematikan surat tradisional
namun menyediakan pilihan bagi users untuk
menggunakan salah satu atau dua duanya.
Namun sebaliknya dibandingkan harus
memilih format cetak atau digital, paling baik keduanya
-- khususnya dalam format media hybrid, seperti yang
dikembangkan oleh raksasa surat kabar Hearst Corporation
dalam kemitraannya bersama Microsoft lewat aplikasi
downloadable untuk membaca surat kabar hybrid. Lewat
format hybrid inilah mereka menyebutnya “digital
reading experience” yang memungkinkan seluruh surat
kabar dapat di-download dalam waktu 2 menit dan
dibaca persis seperti format surat kabar atau majalah
cetak. Jadi siapa mau duluan menjadi pemainnya di negara
kita? Siapkah?
"ANDA : TOKOH TAHUN 2007"
Oleh
: Bob Julius Onggo* |
Walaupun belum terlambat
untuk dikupas. Siapa yang tidak ingin menjadi tokoh
istimewa? ANDA adalah tokoh istimewa untuk tahun ini.
Namun bagaimana hal itu bisa?
Untuk menjadi tokoh istimewa bukanlah hal yang mudah.
Ada berbagai penghargaan – Man of the Year, Woman of the
Year, Entrepreneur of the Year - untuk kategori terbaik
dan terburuk entah itu untuk seorang pria, wanita, benda
atau untuk suatu ide yang paling berpengaruh selama
tahun berjalan. Tak aneh kalau “Endangered Earth” pun
pernah mendapat julukan Man of the Year Winners 1988
oleh majalah Time. Namun tahun 2006, dengan munculnya
WWW, ini telah menjelma menjadi semacam kendaraan untuk
mengumpulkan semua wacana dari jutaan manusia dan
menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi manusia itu sendiri,
karena itu tahun 2007 adalah tahun yang khusus bagi Anda.
“Sejarah dunia adalah biografi dari seorang tokoh,”
demikian kata seorang filsuf skotlandia, Thomas Carlyle.
Ia meyakini bahwa tokoh semacam itu sangat sedikit, dan
hebat serta terkenal dan mampu menciptakan suatu kodrati
yang unik bagi kita semua manusia yang bagaikan spesies
makhluk hidup. Dan kenyataannya dengan kehadiran media
internet serta revolusinya maka tokoh untuk tahun ini -
ANDA. Dan yang paling cocok adalah ANDA, sebagai entitas
manusia yang menjadi sorotan sebagai tokoh tahun ini.
Tak heran Majalah TIME edisi 13 Des 2006 mengukuhkan
bahwa ANDA adalah tokoh tahun 2006 dan akan berlanjut
hingga tahun 2007.
Terlepas dari semua yang menyakitkan terjadi di tahun
2006 ini, mulai dari perang berdarah yang terus
berkecamuk di Irak, pergolakan berdarah berkepanjangan
di Israel dan Libanon yang terus mewarnai kekerasan di
timur tengah, termasuk juga kekacauan koneksi internet
hingga memasuki awal tahun 2007, dan kenyataan
menyedihkan bencana banjir di ibukota kita. Kalau
ibukota saja tidak sanggup mengatasinya apalagi
mengatasi banjir yang ada di daerah (isu ini sangat
populer di blog rovicky.wordpress.com)
Namun kalau kita lihat lensa tahun 2006 melalui lensa
yang berbeda maka kita akan menyaksikan bagaimana kisah
revolusioner mengenai komunitas dan kolaborasi yang
belum pernah terjadi dalam suatu sejarah peradaban
manusia. Ini adalah “cosmic compendium of knowledge”
yang dijuluki oleh Wikipedia dan jutaan manusia yang ada
di dalam jaringan maya YouTube dan para warga metropolis
maya MySpace.
Kolaborasi antar individu-individu ini sangat kuat dan
mampu membantu satu sama lain, seperti yang pernah saya
tuturkan di kolom ini, bagaimana media WWW sangat
membantu dalam kolaborasi menolong para korban bencana
alam dalam menemukan mereka yang hilang sampai bahkan
meruntuhkan tirani. Ya kolaborasi maya ini tidak hanya
akan mengubah dunia, tetapi juga mengubah cara dunia ini
berubah.
World Wide Web lah yang memungkinkan hal itu. Uups nanti
dulu. Maksud saya bukan WWW yang dirancang oleh Tim
Berners-Lee dan kawan-kawan (15 tahun yang lalu, menurut
Wikipedia) sebagai media kolaborasi antar para ilmuwan
dalam melakukan serta berbagi riset. Juga tidak ada
kaitannya dengan overhyped dotcom dari dunia WWW di
penghujung tahun 1990-an. WWW yang dimaksud ini sangat
jauh berbeda. Makhluk online yang berbeda. Yaitu WWW
yang sanggup untuk menyatukan semua kontribusi wacana
yang diberikan oleh jutaan orang di dunia maya dan
membuatnya menjadi sesuatu yang bermanfaat. Para
konsultan Silicon Valley menyebutnya sebagai Web 2.0,
Aneh ya penamaannya? Apa sih sebenarnya? Memang
kedengarannya seolah-olah bagaikan versi baru dari suatu
software yang sudah kuno.
Benar-benar revolusioner. Web 1.0 adalah WWW yang
berpusat pada halaman-halaman web. Namun Web 2.0
berpusat pada manusianya. Maksudnya bukan para selebriti
yang muncul di layar lebar atau para pakar yang mengisi
kolom Warta Ekonomi. Web 2.0 dibentuk dari para pehobi,
penulis amatiran, para manusia yang senang bercengkerama
di media percakapan dunia maya karena sangat gila
mencintainya.
Suara-suara mereka menyiratkan opini mereka apa adanya
tanpa disunting mulai dari Libanon, Indonesia hingga
Beijing. Bahkan Anda pun bisa mengejutkan orang Amerika
bagaimana kita bisa membuat tempe atau iri melihat gaya
hidup para olahragawan negeri Paman Sam yang sangat
glamour hanya lewat tampilan video yang ditayangkan di
YouTube—yang tanpanya Anda harus menonton beberapa
channel TV.
Lewat Web 2.0 kita bukan hanya penonton, kita bisa
bergabung. Ikut mengisi di Facebook dan Second Life
avatar atau juga sekaligus ikut meninjau buku-buku di
Amazon dan merekam serta mendengarkan podcast. Tak hanya
begitu saja, mereka mencemburkan diri kampanye lewat
blogging. Juga lihat mereka yang sambil bekerja namun
nyolong-nyolong mereka eksekusi mati Saddam Husein lewat
kamera foto amatiran dan menggegerkan pihak-pihak yang
pro dan kontra di semenanjung Arab. Juga lihat mereka
yang membangun open-source software hingga peluncuran
Windows Vista.
Web 2.0 mengandung kebodohan sekaligus hikmat dari
banyak individu. Lihat saja Anda pun bahkan bisa
tergugah dan sedih membaca beberapa komentar di situs
social yang mengedepankan masa depan kemanusiaan.
Itulah yang membuatnya menarik. Web 2.0 merupakan
eksperimen social yang massif dan seperti halnya
ekperimen yang lain perlu dicoba. Belum pernah
sebelumnya, bahkan bakteri pun tidak tahu caranya hidup
dan bekerja bersama di planet ini selain ANDA yang
sekarang berjumlah lebih dari 6 miliar. Ya tahun 2006
memberikan kepada kita pencerahan. Ini merupakan peluang
untuk membangun suatu pemahaman dengan jenis yang baru
namun dengan skala global, bukan dari kalangan politikus
untuk politikus, selebriti ke selebriti, namun
masyarakat ke masyarakat, individu ke individu.
Web 2.0 tidak akan menyukai para jenius yang suka
menyendiri seperti Einstein, Edison, Mozart, dll—orang-orang
jenius seperti itu kelak harus belajar untuk
berinteraksi dan berkolaborasi dengan yang lain. Web 2.0
berisi orang-orang yang extrovert.
Lihat banyak perusahaan yang menjalankan kontes desain
untuk publik. Juga Reuters yang memuat posting blog yang
berisi news feed yang berada di salah satu kolom di
sisinya. Microsoft juga berupaya mati-matian untuk
menghadapi pesaing utamanya sekarang Linux.
Produktivitas serta inovasi menjadi ciri utama dari
ledakan di tahun ini, tahun ekonomi intelektual global
yang sarat akan sumbangsih jutaan pikiran.
Karena itu sekali lagi siapa orang-orang ini? Bukankah
Mereka atau individu-individu dan Anda yang terus
memiliki komitmen dan waktu ”untuk menjalankan kehidupan
yang agung dan penuh kontribusi” seperti yang disinggung
oleh Stephen R Covey di buku the 8th habit – melalui
media global untuk membangun dan menemukan demokrasi
baru dalam lingkup digital?
SPONSOR BARIS
PERTUNJUKAN PAUS PUTIH
di Gelanggang Samudra Ancol. Saksikan informasi lebih
lengkap di
ancol.com
Agar Anda tahu lebih puas pertunjukan paus putih
-----------
Bila
Anda membutuhkan : stainless steel tanks & vessels, heat
exchangers, sanitary fitting & valves, flow equipment,
pumps, filtration, mechanical, glass lining reactor
Hubungi : Maju
Bersama
-----------
Daripada beli
TV
PLASMA, kenapa gak SEWA PLASMA TV saja ke kami untuk
kepentingan outdoor pameran atau outdoor activities?
-----------
Promosikan produk atau perusahaan Anda lewat
BALON PROMOSI atau berbagai jenis
balon udara yang pas buat PT atau organisasi atau
produk Anda
-----------
Untuk
keperluan berbagai perkakas plastic welding mapun berbagai perlengkapan dan bahan cleaning machine bisa
cek ke
BransonUltrasonics.com silahkan hubungi
PT
Global Mega Indonesia
-----------
|