“95% bisnis internet murni sudah akan bangkrut sebelum ulang tahunnya yang kelima, dan sekitar 66% – 78% situs web tidak lebih sekadar dari brosur pasif yang tidak atau sedikit dikunjungi dan tidak mampu menangkap prospek.com“.
(Untuk versi printed bisa dilihat juga di majalah Warta Ekonomi awal Feb 2003)
Terkejutkah mendengar pernyataan di atas? Memang itulah kenyataannya. Itulah kenyataan pahit yang harus ditelan oleh para investor dan pelaku bisnis maupun oportunitis yang mencoba dan mengkhayal “cepat kaya” melalui internet.
Banyaknya dotcom yang meledak di Indonesia di tahun 1999 dan kemudian “gulung tikar” tidak lama setelah itu, sebenarnya sudah diprediksi oleh apa yang pernah terjadi dahulu di Amerika serikat di tahun 1996-97.
Ecommerce Tanpa Emarketing – Kenyataannya
Itulah sebabnya mengapa beberapa tahun yang lalu perbincangan eCommerce banyak mewarnai banyak media, namun sekarang?
Trend seperti ini hanyalah bagian dari apa yang disebut “survival for the fittest” dalam dunia bisnis karena kemunculan teknologi baru atau datangnya era baru. Jadi kejadian seperti ini sudah bukan barang baru. Setelah kejadian itu biasanya, orang-orang dapat lebih belajar dari kesalahan dan tidak takabur dalam membuat teori-teori yang salah (lihat kolom yg sama di warta ekonomi edisi sebelumnya).
Bila Anda akan mendirikan toko atau perusahaan, yang benar adalah Anda harus melakukan riset pasar dan memiliki analisa SWOT yang solid agar berhasil. Namun tidak demikian halnya dengan perusahaan atau individu yang ingin membuat situs web. Mereka berpikir bahwa dengan memiliki situs web yang indah dan cantik, maka akan banyak dikunjungi oleh pengunjung dan mereka akan membeli. Ternyata pil pahit yang terjadi adalah kebalikannya.
Bahkan bisnis besar seperti carrefoure pun yang memakan banyak tempat secara fisik masih memerlukan promosi untuk menarik pembeli. Dan setiap kali ada barang bagus, mereka pun menggunakan spanduk-spanduk besar yang ditaruh di jalan-jalan. Apalagi sekadar memiliki situs web!
Di Internet, bisnis kecil bisa terlihat besar, begitu pula bisnis besar bisa terlihat kecil – tergantung seberapa besar mindshare-nya.
Hal lain juga sama terjadi di banyak perusahaan, situs web korporat tidak lain dan tidak bukan hanya sekadar brosuf pasif yang tidak atau sedikit dikunjungi dan tidak mampu menangkap prospek apalagi pelanggan.
Praktis situs web korporat tersebut tidak mampu mendatangkan baik “cold calls” apalagi “hot calls”.
Siapa yang harus Bertanggungjawab?Orang TI? Webmaster? Orang marketingkah? Era internet mendatangkan paradigma baru sekaligus tantangan baru bagi para pebisnis dan pemasar.
Mereka harus cepat belajar memaksimalkan kekuatan teknologi khususnya dalam hal ini internet untuk membangun brand yang kuat. Namun kenyataannya adalah bahwa para pemasar menyerahkan segala sesuatu yang berkaitan dengan situs web kepada orang-orang TI.
Dan orang TI yang mengomandani segala sesuatu berkenaan situs korporat. Dan orang pemasaran malah didikte oleh orang TI mengingat ketidaktahuan memaksimalkan kekuatan internet sebagai media promosi dan pembangun brand. Tentu saja target tidak akan sesuai dengan yang diharapkan.
Kalau orang TI tahu cara-cara bisnis dan pemasaran, tentu mereka sudah akan menjadi seorang pengusaha. Bukan hanya karena mereka mampu membuat situs korporat yang WAH dan menarik, otomatis mereka bisa menjual produk perusahaan lewat internet.
Jangankan menjual produk lewat internet, menjual produk secara konvensional saja belum tentu bisa. Kalau mereka bisa, pasti mereka tidak akan meminta pekerjaan kepada orang-orang bisnis, bukan?
Jadi orang-orang pemasaranlah yang harus bertanggung jawab dalam mengomandani visi dan misi mengapa harus membangun situs korporat dan bagaimana strategi pemasaran dan promosinya, bukan orang-orang TI yang bertanggung jawab, Departemen TI hanya bertanggung jawab secara operasional saja.
Karena itu di era sekarang ini, orang-orang bisnis dan pemasaran harus mengetahui ruang lingkup strategi pemasaran internet (emarketing).
Mengapa? Perlukah Emarketing?
Menurut Lennart Svanberg, Presiden dari World Association of Internet Marketers, semakin banyak perusahaan akan ‘go internet’, dan tidak akan ada perusahaan yg tidak ‘go internet’ bila mereka tidak ingin punah (walau ini bukan jaminan kalau mereka tidak mengetahui kekuatan dari strategi pemasaran di dunia online).
Ya Anda harus tahu tentang “Pemasaran Internet”. Banyak perusahaan termasuk di Indonesia sebenarnya mampu dan memiliki budget untuk melakukan itu, namun sayang sekali mereka tidak kompeten untuk melakukan itu, namun mereka berupaya menjangkau dunia online dengan metode pemasaran tradisional.
Pertimbangkan konsep pemasaran tradisional yaitu, Market Segmentation. Segmentasi Pasar “…suatu metode untuk mengenali sekelompok konsumen, di dalam suatu pasar yang lebih luas, yang memiliki karakteristik dan kebutuhan yang mirip.”
Nah, sekarang dengan meledaknya pertumbuhan internet, dunia bisa menjadi pasar kita yaitu, “sekelompok konsumen” yg dapat dijumpai secara online.
Untuk dapat mengidentifikasi segmen pasar yg baru ini mengharuskan Anda mengenali dan mengimplementasi berbagai macam strategi dan teknik baru sebagai tambahan dari strategi pemasaran konvensional.
Apa itu Pemasaran Internet Bagaimana ini sebenarnya berbeda dengan konsep pemasaran tradisional? Beberapa di antaranya mencakup perencanaan strategi, analisa situasi, analisa kastemer, pengembangan pasar dan produk, positioning, juga 5P yg berbeda, penetapan harga, distribusi produk dan promosi online.
Akan tetapi, banyak dari prinsip, teknik, dan taktik dari eMarketing berakar dari strategi pemasaran tradisional namun dengan implementasi yg berbeda. Di samping itu bertambahnya dimensi baru ini yang telah menyatu ke dalam khususnya online business landscape, itu adalah pemasaran pesan-pesan iklan melalui Internet classified, promosi berbasis testimonial di situs Web, pemasaran melalui situs pencari, pemasaran dan pembelian berbasis pay per click, viral marketing, affiliate marketing, URL marketing, email marketing, online press releases, dsb.
Dengan demikian, seharusnya emarketing perlu dimasukkan ke dalam bagian dari Marketing Mix dari setiap perusahaan. Atau intinya Internet Marketing didefinisikan sebagai “…kombinasi dari prinsip pemasaran tradisional dan metode pemasaran interaktif yang diterapkan untuk memenuhi kebutuhan dari kastemer.com.”
Karena itu para professional pemasaran tradisional perlu mendapatkan pelatihan tambahan untuk bisa memenuhi dan mengerti kebutuhan dari kastemer.com sehingga mampu menjadi e-marketer yang cakap. Anda pun bisa mengakses dan meningkatkan wawasan tentang dunia emarketing dengan sering-sering mengunjungi URL situs web berikut ini http://ww.bjoconsulting.com di situ terdapat banyak arsip yang membahas dunia pemasaran elektronik, internet dan Mobile Marketing.
Karena itu disarankan agar perusahaan-perusahaan di Indonesia juga harus menekankan dunia pemasaran yg satu ini, paling tidak idealnya, harus ada staf pemasaran yg didedikasikan khusus untuk konsumen online walaupun mereka pun harus disinergikan antara off dan online.
Juga harus dibedakan bahwa emarketing itu harus dilakukan oleh orang-orang marketing yg mengerti pemasaran tradisional juga jadi bukan dilakukan oleh orang-orang dari departemen IT atau dari departemen pengembangan Web.
Jadi para pemasar harus mengomandani webmaster dan departemen grafis situs web, karena mereka tidak tahu menahu bahkan konsep pemasaran tradisional apalagi prinsip pemasaran online yg terkandung di dalamnya, karena mereka hanya melihat dari sisi teknologi dan kecanggihan saja bukan pada sisi bagaimana menggunakan teknologi untuk berbisnis dan memasarkan serta mempromosikan demi memenuhi kebutuhan dari prospek.com maupun kastemer.com dan menghasilkan keuntungan.
Karena itu sudah saatnya tim marketing korporat mengetahui dan belajar banyak tentang internet marketing ini untuk dijadikan satu dengan seluruh “Marketing Mix” perusahaan di mana Anda bekerja.
Ditambah dengan apa yang Anda sudah baca tadi di atas, beberapa kategori lain lagi yg tercakup dalam dunia pemasaran online cukup banyak.
Beberapa kategori di antaranya adalah pemasaran dgn menggunakan email, mengembangkan jurus pemasaran referral yg dikenal juga sbg viral marketing yang merupakan fondasi dari network marketing, kemudian pemasaran dan promosi dengan memanfaatkan situs pencari, lalu konsep link marketing, dan membangun jaringan pemasaran berbasis afiliasi.
Dan itu semua harus didukung dengan teknik penulisan yang emosional dan hidup serta bersifat personal dan tidak bosan bila dibaca.
Jadi jelas bukan bahwa emarketing bukanlah dunia yang berbeda dari marketing konvensional. Emarketing adalah sub dari dunia pemasaran secara umum, dan bukan pengganti darinya namun PELENGKAP yang sangat terjangkau dari segi coverage maupun di sisi biaya.
Demikian seperti dikatakan oleh pakar manajemen, Peter Drucker, bahwa “media baru bukan pengganti namun memiliki tempatnya masing-masing” seperti halnya kantor pos tidak akan mati hanya karena adanya email, namun tetap memiliki pasarnya sendiri-sendiri.
Maka, alangkah efektifnya bila pemasaran korporat Anda mengimplementasikan seluruh “marketing mix”, termasuk EMARKETING!
—
Tulisan artikel ini juga muncul di Majalah Warta Ekonomi Edisi 16 Jan 2003